Butir Debu
Entah sebuah pandangan di tarik pada sosok apa
Semuanya membisu, memberiku gerak tuk tak melumpuhkan otakku
Semuanya memandang setajam irisan ketika silet bekerja
Ketika hari itu menegurku, aku baru terbangun dari tidu rlelapku
Sebutirdebu pun mungkin bisa menjadi anologi tentangmu
Itu pun tatkala aku bernafas lusa
Namun usiaku tak terhitung detikan jarum jam
Angin pun tak lagi tahus eberapa debu itu sekarang
Sabarmu benars ekuat baja
Semangat sang surya tatkala bersinar
Namun beda, kau tak pernah pergi
Tak pernah menggantikan dirimu dengan bulan
Rintihan mu kau simpan rapat di
celah semangatmu
Impianmu surga untukku, untuknya,
dan untukmu
Ayah,
Begitu mulia dirimu
Bagaimana mungkin hatimu selembut
sutra
Jikalau anakmu ini sekeras batu karang
Bagaimana mungkin kau tak lelah di samping ibu
Sungguh cintakasih
mu tak sebutir debu namun seluasjagatraya
Terimakasih
Ayah,
Entah hari esok bisaku kembalikan setidaknya ¼ butir-butir debu itu
Karnas ebutirdebu
pun mungkin aku taks anggup Ayah..
Sungguh Dirimu benar melumpuhkanku..
Sri Agustini
Makassar, 17 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
give me your response