Minggu, 24 Agustus 2014

Tatkala ia Bertingkah

Detik mengembalikanku di sini, tatkala menanti detik lain berlalu. Dedaunan itu lagi-lagi menyapa dengan kehijauannya, dingin menusuk pembuluh arteri dan vena ketika sinar mentari menyengat diiringi dengan angin sepoy. Melihat orang-orang berlalulalang seakan sepi itu muncul disela keramaian. Selalu ada hal tak terduga watak itu muncul di depanku namun dengan hal berbeda. Sesuatu yang biasanya melkat di sini, di tempat hati ini menulis, ia mulai mencicipi yang kusam itu lalu bermain-main dengan puing-puing air yang bercucuran tatkala orang-orang bersorak selayaknya suporter sejati.
Tak saling memebripun namun terasa terlalu dekat untuk ukuran orang-orang yang berlalulalang di luar sana. revolusi bumi mungkin menjadi pengganti rumput-rumput yang bergoyang. ketika kebisuan itu masih ada atau bahkanaku menjadi pesorak setianya entahlah namun semarak kemenangan merah putih masih tercium walaupun telah berlalu, namun kobarannya menasionalisme hati ini untuk berseru sebagian cinta ini untuknya sang Negeriku

Polewai, 23 Agustus 2014
Agustus 24, 2014 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

give me your response