Senin, 23 September 2019

Book Review #12: The Accidental Further Adventures of the 100-Year-Old Man



Judul : The Accidental Further Adventures of The 100-Year-Old Man (terjemahan)
Penulis : Jonas Jonasson
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2018
Halaman : 500



Tablet cenderung berbicara kepada pemiliknya daripada berbicara dengan mereka. Akibatnya, orang lain menganggap mereka sedang menuju kebodohan

Buku ini masih bercerita tentang petualangan Allan Karalson dan Temanya Julius Jonsson yang masih sedang bersenang-senang di Indonesia, sebuah keinginan oleh Allan untuk menaiki balon udara setelah ulangtahunnya berakhir dengan tidak baik-baik saja karena setelah terombang-ambing di samudera Hindia dengan tablet dan Vodka nya mereka diselamatkan oleh kapal Korea Utara yang sedang berada dalam misi pembawa Uranium  4 kg yang diperkaya. 

Mereka diintrogasi oleh kapten kapal hingga membawa Allan berceloteh tentang pengalaman nya pada perang dunia ke-2 dalam pembuatan bom Nuklir, lalu Allan menjelaskan reaksi Fusi, menuliskan reaksi kimia entah dalam keadaan benar atau tidak yang jelas bahwa membuat kapten merasa gugup. Singkat cerita Allan dan Julius dibawah ikut ke Korea Utara namun berhasil menukar uranium 4 Kg dengan koper berisi peralatan mandi. Hingga membuat Kim Jong-un merasa kesal. 

Allan berniat untuk menyerahkan uranium 4 kg itu ke Amerika hingga ia bertemu dengan presiden Amerika, Donal Trumb. Namun dengan sikap presiden yang cukup tidak menyenangkan. Melalui dubes Jerman untuk PBB Allan menuliskan sepucuk surat untuk, kanselin Markel yang menceritakan kronologis uranium 4 Kg bisa sampai ke tangan Allan dan kenapa dikirim ke Markel, Tentu melalui  reset Allan menggunakan tablet hitamnya, setelah makan malam dengan dubes Jerman Allan dan Julius tiba di Swedia dengan uang sebesar $ 20. 

Allan dan Julius berjalan di Swedia hingga membuat kaki Julius sakit tapi mereka tidak mempunyai uang sepeser pun, Meraka menunjukan sebuah toko yang tidak ramai. Pemiliknya adalah Sabine Jonsson. Di sinilah petualangan selanjutnya di mulai. Sabine sekarang memiliki teman setelah menawarkan plaster pada kedua dubes yang tidak terpercaya tersebut. Sabine seorang pengusaha pembuat peti mayat yang langkah pembeli, dan Almarhum ibu nya memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan mahluk yang berada di dimensi lain.  

Allan dan Julius pun ikut merancang usaha peti mati yang lebih menarik seperti membuat lukisan sesuai kemamuan pelanggan, bahkan menghadiri pameran dan menjual semua peti mayat, Hingga seorang pemuda Neo-Nazi menjadi pelanggan yang membayar mahal untuk dibuatkan peti mayat untuk kakaknya dengan beberapa permintaan sebagai penghormatan terakhir untuk Kakaknya, tapi peti mayat pesanannya tertukar dan membuat amarahnya memuncak sehingga berkeinginan membunuh Julius dan teman-teman nya. Sebelum hal tersebut terjadi ketiga orang ini menuju Denmark menggunakan mobil jenazah dengan Allan berada dalam peti mayat sedang tidur. Perburuan pria Nazi itu membawa ketiga orang ini menuju Afrika melalui Tanzania menuju Kenya. 

Julius merencanakan bertani Asaparagus setelah kedatangan temannya dari Indonesia  karena gagal bertani Asaparagus. Namun membutuhkan dana untuk membeli tanah sehingga Allan kembali menghubungi Markel untuk menyerahkan Uranium tapi meminta sedikit imbalan untuk pembelian tanah. Walau transaksi itu berlangsung saat pemilihan umum akan berlangsung dalam 24 jam. Kenya menjadi tempat yang tepat untuk bertani asparagus berdasarkan observasi ku di Maps ternyata Kenya juga dilalui garis khatulistiwa. 

Well ada beberapa yang ku skip seperti perang dingin presiden Putin dengan Donal Trumb, kisah Kim Jong-un, yang tertarik dengan politik bisa membacanya dengan seksama. Buku ini sekali lagi membut tertawa dengan kekonyolan Allan. Tingkahnya masih sama dengan buku sebelumnya tapi di buku ini Allan memiliki teman baru yaitu tablet hitam tempatnya mencari informasi, berita-berita terbaru yang sedang dibicarakan dunia, hingga berkecimpung di Twitter. Meskipun demikian, Allan tidak mengerti bahwa dengan bermain Twitter, dia sedang memberi tahu seluruh dunia dimana dirinya berada. Lalu dia mulai melihat pola kehidupan melalui tablet hitamnya dan bisa menyimpulkan bahwa kehidupan sebenarnya mengalami kemunduran, menciptakan kebodohan. 

Di halaman 499 buku ini menuliskan bahwa kebenaran kini tidak populer, begitu pula dengan kecerdasan semuanya berawal karena orang sudah mulai minim berbicara satu sama lain. 

Again buku ini sebenarnya mengkritik pengguna teknologi di abad ini, meruba pola pikir, tingkah laku dan kebiasaan. Buku ini banyak membahas tokoh politik dunia tapi tenang aja banyak humor yang dilontarkan Allan yang bisa membuat mu tertawa tanpa sadar. Tokoh Allan, Julius, dan Sabine sebenarnya memiliki kemiripan bahwa mereka terasing, tidak memiliki kerabat. Mereka butuh teman untuk berbagi, dan tentu untuk berbicara. 

Satu lagi pesan menurut ku di buku ini bahwa kita harus terus belajar, bisa membayangkan seorang pria 100 tahun bisa menggunakan tablet.? Well, itu membuat Allan unik. 

So lets we have a talk.  Selamat berkenalan dengan Allan
September 23, 2019 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

give me your response