Photo by Bincang.idn
Judul : Partikel
Penulis : Dee Lestari
Tahun : 2012
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal : 500 hlm
“Alam tidak pernah basa-basi dengan jujur tanpa kompromi, Alam
menunjukkan bahwa terkadang kita harus mati demi memperjuangkan tujuan yang
lebih besar”
Partikel adalah seri keempat novel serial supernova, Zarah adalah
anak sulung Firas seorang dosen berperstasi IPB yang tergila-gila dengan jamur.
Penelitian dan pencarianya membuat firas menghilang tanpa jejak. Zarah menjadi
seorang anak yang tumbuh secara anomali karena tidak mendapat Pendidikan formal
seperti pada anak seumuranya tapi hanya diajar oleh ayahnya sejak dini. Tidak
mengikuti sekolah formal tidak berarti zarah menjadi anak yang buta huruf tapi
sebaliknya Zarah tumbuh menjadi anak yang cerdas,berani dan kritis. Sejak ayahnya
menghilang Zarah dimasukkan ke sekolah formal tentunya zarah kecil melakukan
pemberontakan, banyak pertanyaannya yang belum terjawab, gurunya tersinggung,
dan masih banyak lagi pemberontakan lain.
Firas meninggalakan segala bentuk pertnayaan, dan juga
meninggalkan 5 jurnal yang isinya sama sekali belum mampu zarah maknai. Lalu dibakar
oleh ibunya karena menggap jurnal-jurnal itu sesat.
Pencarian Zarah untuk menemukan ayahnya dimulai dengan
kedatangan paket kamera yang ditujukan untuk Zarah sebagai hadiah ulangtahun yang
ke-17. Tentu saja kamera itu dikirim tanpa alamat pengirim, berkat kameranya
Zarah menjadi fotografer dan hasil fotonya membawanya ke Hutan Kalimantan
bertemu dengan sarah bayi orangutan kemudian menjadi pengasuhnya
bertahun-tahun. Kedatangan Paul dan A-Team membawa Zarah untuk datang ke London
sebagai fotografer widelife.
Partikel menjadi seri terakhir supernova yang saya baca
karena dulu sangat sering untuk mencari buku ini tapi selalu saja kehabisan
saat sampai di tokoh buku sampai keluar serial terakhir yaitu intelegensi embun
pagi. Mungkin juga diantara kelima serial supernova salah satu yang menjadi
buku favoritku adalah partikel ini. Menurutku partikel ini isinya kompleks,
padat dan rasanya nyambung dengan banyak hal di hidupku. Pada bagian awal
penulis menggambarkan bagaimana sistem Pendidikan khusunya di Indonesia yang
mengekang, dihadapkan dengan tes terus menerus, bahkan siswa tidak dirancang
untuk berpikir kritis. Saya terkagum-kagum ketika dialog zarah dan ayahnya
bahwa firaz tidak pernah memberikan tes pada zarah selama pembelajran
berlangsung, bahkan zarah tidak mengenal yang Namanya ulangan tapi zarah
belajar sambil bermain, dan saat disandingkan dengan anak sekolah formal zarah
bisa menjawab tes-tes untuk penyetaraan bahkan sampai kelas XII padahal umurnya
masih cocok untuk anak SMP.
Partikel juga mencoba menyerukan kejahatan manusia yang
seringkali menjadi virus bagi penghuni bumi, secara gambalang menjabarkan
penyikasaan terhadap satwa Langkah seperti orangutan. Saya juga sangat tertarik
dengan fotografi sih walupun saya masih sangat tidak paham bagaimana cara
memotret.
“Bapak pernah coba scan tumor itu lagi?
Hilang tanpa bekas, Pak Simon tertawa. “Tapi bukan berarti
dia nggak bisa balik,kan? Bedanya sekarang saya nggak takut lagi. Presepsi saya
jadi berubah. Saya melihat tumor semacam pemicu untuk saya mencari lebih dalam,
mempertemukan saya dengan lebih banyak pengetahuan, membuka mata saya bahwa
penyakit bukan sekadar gangguan. Tapi kode. Kode dari tubuh bahwa ada hal dalam
hidup kita yang harus dibereskan” hlm 467
Sesaat setelah membaca ini saya sadar catatan Dee pada kalimat terakhir ada benernya, bahwa buku ini dan saya bertemu untuk sebuah tujuan. Mungkin saja jika saya baca beberapa tahun lalu kalimat di halaman 467 tidak akan berarti apa-apa.
Pesan untuk partikel
“Partikel, matahari kelima akan terbenan tidak lama lagi, jangan takut. Jalan kalian seperti tidak punya peta tapi ingatlah baik-baik. Ke dalam. Di poros keempat peta kita tergambar jelas”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
give me your response