Minggu, 06 Desember 2020

Daily Life #9 : 22 November ke26


Bukan tentang angka sehingga kita menjadi dewasa tapi tentang seberapa banyak masalah yang dihadapi lalu kemudian memilih solusinya. ¼ abad ku diberikan hadiah dengan menjadi megister. Apakah saya sudah cukup dewasa? Tergantung lagi, kalau melihat ke sisiku rasanya belum berada pada level itu. 26 tahun adalah usia yang dulu kubayangkan menjadi perempuan dewasa.  

Sebelum 22 november salah seorang temanku bertanya ritualku menghadapai hari lahir seperti apa? Setiap tahun sebenarnya tidak ada perencanaan spesifik kok, hanya saja selalu ada tulisan yang kubuat untuk diriku sendiri, sebagai pengingat pada fase umur tertentu saya sedang mengerjakan apa, memikirkan apa atau sedang jatuh cinta dengan apa dan siapa.

Dear tin, mohon maaf ini terlambat kutulis karena ada banyak rangkaian kegiatan yang membuat waktuku tidak bisa duduk dan menulis dengan leluasa. Sebelum 22 november ada serangkaian prosesi mengejar megister, lalu setelah itu sedang belajar mengajar mahasiswa. Cukup melelahkan tapi saya akan lebih stress lagi kalau sedang tidak melakukan apa-apa.

Harapanku diumur ini banyak, yang membuat tidurku terkaget-kaget adalah tentang langkah selanjutnya apa dan kemana. Insomnia memang kadang-kadang selalu disertai dengan alasan, salah satunya karena banyak berpikir. Ini adalah lokasi ternyaman atau tidak entahlah ya, salah seorang teman di kampung inggris kemarin memberiku sedikit teguran dengan mengatakan alasannya untuk segera pulang ke kampung halamannya adalah karena katanya pare adalah zona nyamannya, katanya kita tidak boleh berada di zona nyaman terus menerus.

Zona nyaman ku adalah tetap di sini, entah sampai kapan, sampai tawaran temanku ke luar kota benar-benar ada atau tidak. Setiap saat kuselalu mencari petunjuk saya melangkah ke mana tapi rasanya selalu saja memberikan 2 atau lebih perspektif.

Perempuan umur 26 tahun adalah zona dimana seharusnya sudah menikah. Berdasarkan pengertian lingkungan social. Masalahnya adalah menikah bukan tentang prosesi beberapa hari itu tapi berbagi dengan orang asing setelah prosesinya. Apakah saya sudah siap berbagi ? saya tentunya belum bisa menemukan jawabanya sampai mungkin saya ada di titik itu. Lalu kenapa umur dan menikah harus selalu dikaitkan sih, saya teringat salah satu temanku perempuan umur 29 kalau bukan 30 curhat secara tiba-tiba karena mendapat tekanan dari orang sekitarnya untuk segera menikah. Dia bisa melewatinya tekanan itu karena batin dan imannya kuat sampai akhirnya menemukan pendampingnya. Tapi bagaimana kalau perempuan lain yang tidak bisa diberikan tekanan seperti itu?

Mari lupakan tentang kekompleksitasan pernikahan, lalu mari menyusun mimpi, mendekatkan diri lagi kepadaNya, semoga bersyukurku dikuatkan karena penyakit adalah penggugur dosa kan ya, mungkin ada beberapa dosaku yang harus digugurkan dengan ini, semoga semakin banyak sayuran yang kumakan dan saya lebih rajin memasak, membaca buku lebih banyak lagi, mungkin umurku yang 25 mencapai rekor terbanyak dalam jumlah buku yang kubaca. Memulai hal dengan tepat waktu agar doamu juga dating tepat waktu. Ada banyak harapan-harapan baik semoga terwujud segera.

Tentang rasa yang kompleks ini kuserahkan saja padaMu, yang datang dan pergi semoga menemukan yang tepat. Saya sudah mulai lelah, saya menunggu bagaimana semesta mempertemukan dan menemukan, saya hanya yakin akan selalu berlaku hukum alam berdasarkan kehendakMu.

and my dear  thank you, semoga dengan jalan masing-masing akan selalu ada foto seperti ini thank you for the last 7 years. 





Desember 06, 2020 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

give me your response