Bukan tentang angka sehingga kita menjadi dewasa tapi tentang seberapa banyak masalah yang dihadapi lalu kemudian memilih solusinya. ¼ abad ku diberikan hadiah dengan menjadi megister. Apakah saya sudah cukup dewasa? Tergantung lagi, kalau melihat ke sisiku rasanya belum berada pada level itu. 26 tahun adalah usia yang dulu kubayangkan menjadi perempuan dewasa.
Sebelum 22
november salah seorang temanku bertanya ritualku menghadapai hari lahir seperti
apa? Setiap tahun sebenarnya tidak ada perencanaan spesifik kok, hanya saja
selalu ada tulisan yang kubuat untuk diriku sendiri, sebagai pengingat pada
fase umur tertentu saya sedang mengerjakan apa, memikirkan apa atau sedang
jatuh cinta dengan apa dan siapa.
Harapanku diumur
ini banyak, yang membuat tidurku terkaget-kaget adalah tentang langkah
selanjutnya apa dan kemana. Insomnia memang kadang-kadang selalu disertai
dengan alasan, salah satunya karena banyak berpikir. Ini adalah lokasi
ternyaman atau tidak entahlah ya, salah seorang teman di kampung inggris
kemarin memberiku sedikit teguran dengan mengatakan alasannya untuk segera
pulang ke kampung halamannya adalah karena katanya pare adalah zona nyamannya,
katanya kita tidak boleh berada di zona nyaman terus menerus.
Zona nyaman
ku adalah tetap di sini, entah sampai kapan, sampai tawaran temanku ke luar
kota benar-benar ada atau tidak. Setiap saat kuselalu mencari petunjuk saya
melangkah ke mana tapi rasanya selalu saja memberikan 2 atau lebih perspektif.
Perempuan umur
26 tahun adalah zona dimana seharusnya sudah menikah. Berdasarkan pengertian
lingkungan social. Masalahnya adalah menikah bukan tentang prosesi beberapa
hari itu tapi berbagi dengan orang asing setelah prosesinya. Apakah saya sudah
siap berbagi ? saya tentunya belum bisa menemukan jawabanya sampai mungkin saya
ada di titik itu. Lalu kenapa umur dan menikah harus selalu dikaitkan sih, saya
teringat salah satu temanku perempuan umur 29 kalau bukan 30 curhat secara
tiba-tiba karena mendapat tekanan dari orang sekitarnya untuk segera menikah. Dia
bisa melewatinya tekanan itu karena batin dan imannya kuat sampai akhirnya
menemukan pendampingnya. Tapi bagaimana kalau perempuan lain yang tidak bisa
diberikan tekanan seperti itu?
Mari lupakan
tentang kekompleksitasan pernikahan, lalu mari menyusun mimpi, mendekatkan diri
lagi kepadaNya, semoga bersyukurku dikuatkan karena penyakit adalah penggugur
dosa kan ya, mungkin ada beberapa dosaku yang harus digugurkan dengan ini,
semoga semakin banyak sayuran yang kumakan dan saya lebih rajin memasak,
membaca buku lebih banyak lagi, mungkin umurku yang 25 mencapai rekor terbanyak
dalam jumlah buku yang kubaca. Memulai hal dengan tepat waktu agar doamu juga dating
tepat waktu. Ada banyak harapan-harapan baik semoga terwujud segera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
give me your response