![]() |
source: pinterest |
Sudah Juni 2023 aja, padahal rasanya baru kemarin tahun baru. Baru nulis wish list tahunan. Thats why kenapa selalu ada yang bilang tolong nikmatilah dan syukuri.
Ada banyak hal yang tidak sempat lagi kutulis dalam bentuk cerita, bahkan mungkin sudah ada yang terlupakan. Tapi masih ada yang masih membekas dan ada juga yang perlahan menghilang dengan sendrinya.
Kumulai saja dengan kabar bahagia yang tidak pernah kubayangkan untuk lulus menjadi calon PPPK Teknis Dosen di UNM (Universitas Negeri Makassar) lalu kabar kedua tiba-tiba ada keluarga jauh yang akan serius (katanya) hal pertama yang kupikirkan adalah saya shock, ya wajar dong belum kenal belum pernah ketemu belum tau sifatnya kek gimana.
sepekan setelah saya mendengarkan kabar tiba-tiba saja dia menyapa di kolom Chat, isi percakapannya membuat saya terkaget-kaget dalam 2 hari lalu menghilang selama 5 hari lalu kucoba chat lagi dan responnya seperti laki-laki pada umumnya. berubah. I mean kalau memang tidak yakin kenapa memulai sih. pernah dia pikir nda sih perempuan itu overthinking. gimana jika saat itu saya menelan mentah-mentah setiap bait kata yang dia kirim. lalu besoknya dia menghilang tanpa kabar sampai saya menghubunginya duluan.
Saya tidak tau mau mendeskripsikannya seperti apa hanya saja saya jengkel pengen nangis kecewa, loh bukannya kemarin memang tidak berniat untuk setuju Tin? iyya memang tidak, hanya saja saya marah pada diri sendri tentunya pada dia, sudah kubuka jalan untuk bilang ayok kita bahas bareng-bareng, ayo saling menegenal dulu. inti permasalahanku adalah saya tidak bisa LDR setelah menikah, yang lain ayok kita bicarakan.
tapi percapakapannya terputus setelah 2 hari menyisakan banyak tanda tanya, selalu kupikir sebagai laki-laki enak ya, bisa slow respon kapan saja lalu menghilang kapan saja. ini tidak adil saja menurutku. saat saya belum siap dan shock dia datang meledak-ledak. tapi disaat saya ingin bertanya-tanya dia menghilang sejadi-jadinya.
I mean, sekolah lagi karena orang lain adalah hal yang salah, kenapa harus lanjut kuliah, saya bahkan tidak pernah permasalahkan tentang dia D3 dan say S2. Apa bedanya sih, sekolah dengan gelar sampai S7 pun kalau tidak cocok ya tidak cocok. lagi-lagi inti masalahku adalah hanya tidak mau LDR-an setelah menikah. mungkin dalam satu atau dua tahun tidak masalah tapi kalau selamanya sepertinya tidak mungkin. lalu apa lagi hal yang perlu menurutku selain gelar yang nda ada korelasinya itu. kecocokan ketika ngobrol. Dia nya bosan mendengar saya bercerita atau saya nda suka saat dia menceritakan sesuatu. semua hal ini belum ada kita coba, masih sebatas ayo memulai dan dia putuskan sepihak begitu saja. wajar dong saya marah, jengkel bahkan menyesal membalas segala percakapan yang ada kemarin. rasanya sia-sia saja.
hatiku cukup keras mirip batu mungkin, terkadang cukup bangga memiliki hati seperti ini yang tidak cepat luluh.
biasanya selalu saja ada hikmahnya mungkin ini jawaban dari istikharah ku, bahwa dia bukan yang tepat, ada orang lain. tapi untuk saat ini saya masih marah, mohon maaf ya Rabb, hatiku sekeras batu ini masih membara belum kalem seperti dulu. kasi waktu dan space untuk berpikir jernih ya.
Kenapa juga permasalahan hidupku selalu datang disaat low session kayak gini disaat jadwal ngajar sepi, banyak waktu menghayal dan sifat melankolisku ada-ada aja bertumbuh.
kalau tahun lalu memang kek orang gila, tapi ada hikmah besar yang dan sangat bersyukur tidak berakhir dengan dia. kalau sekarang lebih ke marah yang entah kulampiaskan ke mana. kalau tahun lalu nangis tersedu-sedu habis itu rasanya lega walau mata bengkak. kalau sekrang belum tau mau lampiasakan kemana nda mungkin nangis. Tuhan ada-ada aja ya caranya biar dekat dengan hamba nya yang goblok ini.
bahkan mendengar imam mesjid dengan toa yang sangat besar saat di luar mesjid tapi pas shalat di dalam tidak tau jelas lafal yang diucapkan imam membuat saya emosi. Astgfirullah :(. Tapi jujurly, Tarwih kemarin kadang lebih suka di rumah, suara imam nya malah lebih jelas ketika di kamar dibandingkan kalau jadi makmum di mesjid. kalau di mesjid nda bisa konsentrasi suara anak-anak yang astgfirullah sangat kencang. Dosa nda sih saya ini. Biarkan Tuhan saja yang menilai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
give me your response