Ini Draf blog pertama yang tidak berlanjut
Lalu tiba-tiba saja rindu pada dia yang baru dua kali ketemu. Ingin chat tapi masih gengsi. Dia mengajak serius entah se-serius apa. kupikir dia akan pergi tapi lalu berkabar lagi memberi harapan, mengajak pacaran dulu menungguku siap untuk serumah.
Serumah denganmu entah akan berlanjut atau tidak. hanya saja kunikmati saja, entah sampai kapan kamu bertahan dengan segala ketidaksiapan ku. saya hanya takut terjebak lagi, takut mencintai terlalu dalam makanya kusimpan dulu di depan pintu. belum kupersilahkan masuk. kuharap tetap bertahan, menungguku kalau memang ingin serumah.
Pesan ini kutulis di 17 Juli, hanya sampai di akun wa bisnisku.
Sudah 2 minggu ya, terimakasih sudah kasi perhatian walau kita berjarak. Saya merasa sangat disayangi dan dicintai walau selalu bertanya-tanya akan sampai kapan kita seperti ini. Kok bisa kamunya bisa secepat itu memberikan perhatian
Hari ini saya marah entah apa, nda masuk logika mungkin ya. Tiba-tiba ngambek. Maaf mood ku lagi up and down.
Banyak persepsi yang harus kita satukan untuk serumah D, entah ini akan berlanjut sampai betul-betul serumah atau hanya sebatas di ambang pintu saja. Tapi Please bertahan dan konsisten jangan ikutan ngambek kalau saya ngambek nanti jalannya nda ketemu.
Pesan kedua yang lagi-lagi tidak berani kukirm.
Semalam saya masih bertengkar dengan pikiranku sendiri, banyak hal yang kuperdebatkan. Dimulai dari seperinya saya tidak bisa melihat mu berkorban pekerjaan hanya untuk diriku, mengambil dunia dan segala kehidupanmu di soppeng lalu pindah ke sini. Rasanya terlalu egois.
Saya berniat menyudahi semuanya, sebelum saya mencintaimu segoblok”nya, sekarang saja rasanya belum tega masih optimis ada jalannya nanti dari Tuhan. Tapi saya takut dengan kenyataan bahwa serumah itu tidak gampang. Kamu yang terlanjur nyaman di sana dan saya juga terlanjur nyaman di sini.
Katanya perihal berpasangan adalah saling menurunkan ego, tapi saya takut D. Saya takut tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak ada perbincangan lagi rasanya yang kita lakukan hanya rutinitas “kamu dimana lagi apa, saya rindu”
Ini akan membosankan kelak, jadi kumohon ajak saya diskusi bicara banyak hal konsisten dengan apa yang pernah kamu bilang.
Lalu pesan ketiga yang lagi-lagi hanya sampai di sini.
I miss you, tapi rasanya ada yang beda saya nda tau apa. hanya saja perbincangan sehari-hari kita mulai membosankan dan tidak ada topik lain yang kita bahas selain itu.
Kamu tidak seagresif dulu mungkin sudah bosan ? atau mungkin ini jawaban Tuhan untuk membuatmu berhenti untuk menghubungiku. Ini memang yang kutakutkan dari dulu D, takut akalku hilang takut saya terlalu bucin lagi. saya tidak takut kamu meninggalkanku tapi takut saja kalau kita berkomitmen lalu tidak tau apa yang harus kulakukan.
Kemarin saya merasa sangat disayangi D, sehingga sudah mulai ingin ikut takdir saja selama membuatku nyaman. tapi, akalku berbisik mungkin siapapun yang dekat dengan ku kelak akan memperlakukan ku seperti ini, akan membuat saya merasa dibutuhkan dan dicintai. lalu kumulai lagi ragu dan kamu semakin datar tidak membahas apa-apa lagi. selain tanya dimana? lagi apa? jam berapa pulang ?
D ajak ka ngobrol, atau mungkin hanya sampai situ kali ya, bahkan kadang saya tidak memikirkan sedang chat dengan siapa, jalan dengan siapa. tidak mungkin selama ini kamunya tidak berkomunikasi lagi dengan siapapunkan.
Saya terkadang Melow se melow nya, merindukanmu pengen ngobrol, tapi kadang saya berpikir kamu hanya sedang menggugurkan kewajiban karena disuruh keluargamu, hanya sebuah bentuk pengabdian mu kepada keluarga mu.
Dan entah sampai mana pesan-pesanku akan kutulis.
kenapa harus kutulis? agar lega saja, lalu kenapa nda kusampaikan langsung? karena ini masih perdebatan pikiran dan hatiku rasanya terlalu egois kalau semuanya disampaikan sama orangnya.
Dan pesan-pesan ini akhirnya berujung pada akhir yang selesai, lalu segalau apa? tidak seburuk itu walau memang kemarin harus nangis dulu apakah sudah secinta itu? saya rasa tidak juga sih, lebih ke mangasihi diri sendiri, merasa kok bisa ya orangnya bisa pergi begitu aja padahal sudah kubukakan pintu lebar-lebar. Kuatur ego ku agar bisa berkompromi lalu ketika sudah mengalah dianya pergi mundur dan meluluhkan segala yang kubangun.
Terimakasih Rabb, benar-benar secepat itu saya bisa lupa semua kenangan manis itu, kupikir kemarin saya lagi-lagi akan larut pada hal yang tidak jelas ini. Tapi jauh lebih baik dari yang kupikirkan ternyata. Ada saja ya cara Tuhan untuk membuat kita sembuh. Bangga sih sama diri sendiri bahwa kamu mencintai orang dengan sangat tulus persoalan dia mencintai balik itu urusannya bahkan mencintai tidak butuh validasi kan. tapi dengan mencintai ada rasa yang indah. Teori konspirasi apa sih ini hahah.
Saya selalu percaya bahwa orang itu tidak pernah datang tanpa pesan, ada pesan tersirat dari semua drama kemarin tapi setidaknya dia lebih baik dari sebelumnya dan saya lagi percaya orang yang akan datang setelahnya lebih baik darimu.
But bdw congrtulation untuk future weddingnya, kamu ternyata mencari yang sekufu. Thank you untuk silaturahmi tiba-tibanya di rumahku 17 agustusan kemarin. And yes bukan saya yang akan ninggalin kamu nikah tapi sepertinya kamu yang akan meninggalkan saya menikah. Tapi tenang nggak galau kok. Serius ini. Biasa aja pas denger kamu mau nikah. Mungkin karena sudah pernah shock (dulu). Jadi ini mah nggak ada apa-apanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
give me your response