Selasa, 15 Maret 2016

Kisruh Persepakbolaan Indonesia

Well, kali ini saya akan menceritakan sedikit tentang persepakbolaan indonesia, banyak pro-kontra tentang hal tersebut, nah yang pertama saya kutip dari JAKARTA, KOMPAS.com - berikut penjelasannya, Sejumlah turnamen yang digelar dianggap tak menyelesaikan permasalahan persepakbolaan Indonesia. PSSI dan Menpora harus duduk bersama untuk merumuskan penyelesaian kisruh sepak bola di Tanah Air.
Hal tersebut disampaikan Wakil Komisaris Arema Cronus, Lalu Mara Satriwangsa, kepada KOMPAS.com, Rabu (11/11/2015). Sejak Menpora membekukan PSSI, sepak bola lebih banyak diramaikan oleh turnamen. Setelah Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden 2015, Piala Jenderal Sudirman baru saja dibuka pada Selasa (10/11/2015). Lalu Mara mengakui, turnamen Piala Jenderal Sudirman menjadi oase bagi persepakbolaan Indonesia. "Turnamen ini positif karena sepak bola memang hiburan rakyat. Juga, banyak aturan bagus yang diterapkan," kata Lalu Mara.
Meski begitu, Lalu Mara menilai Indonesia harus memiliki kompetisi dan tidak boleh larut dalam pergelaran turnamen. "Kompetisi harus ada. Jangan korbankan masa depan sepak bola. Jangan sampai sanksi FIFA lebih lama lagi karena hal itu bakal memotong generasi kita," tuturnya. Dikatakan Lalu Mara, PSSI dan Menpora sudah seharusnya duduk bersama untuk mewujudkan keinginan Presiden Joko Widodo yang mengharapkan kehadiran prestasi sepak bola.
Pembekuan persepakbolaan indonesia sebenarnya menimbulkan banya kerugian, akan banyak penagguran, sepeti penjual aribut bola  kemungkinan besar akan fakum. karena tidak ada lagi even bola, sehingga atribut bola sudah pasti tidak akan laku seperti musim bola, selain itu para pemain sepakbola akan kehilangan profesi nya menjadi pemain sepak bola handal, bakatnya tidak tersalurkan lagi. Alhasil mereka harus harus menjacari profesi yang lain.  Namun disisi lain ada beberapa fakta yang sebenarnya yang lain berikut saya kutip dari LENSAINDONESIA.COM: seputar fakta-fakta mungkin tak terpikirkan dibenak kita:
1. Lapangan tergenang air saat hujan, Saat hujan tiba, pasti sulit untuk menemukan lapangan yang tak tergenang air dan becek. Entah karena kualitas rumput atau hal lain yang menyebabkannya. Namun fakta ini tidak hanya berlaku untuk pertandingan kelas liga domestik saja, tidak saat tim-tim besar eropa datang.
2. Suporter yang fanati, Suporter bola di Indonesia memang dikenal sangat fanatik, anarkis dan bahkan tak takut mati. Mereka nekat melakukan apa saja agar bisa menyaksikan tim kesayangan mereka bertanding. Saat kalah, mereka pun sulit menerima kekalahan dan tak takut untuk menyerang suporter lawan.
3. Memakai uang rakyat (APBD) untuk membiayai klub,Hal ini hanya terjadi Indonesia, klub diabiayai dari uang rakyat.
4. Petugas keamanan, Jika kita lihat sepakbola di luar negeri, seperti Barclays Premier League, BBVA, dan lain sebagainya, jika kita mati petugas keamanannya menghadap ke arah penonton karena tak ingin hal yang tak diinginkan terjadi. Berbeda dengan Indonesia yang petugas keamanannya justru menghadap ke arah lapangan dan tak jarang ‘asyik’ menonton jalannya pertandingan.
5. Jarang pertandingan, Jarak yang harus ditempuh suatu klub untuk tandang melawan klub lain begitu jauh, bahkan harus antar pulau untuk bertanding.
6. Rasisme, Di sepak bola dunia, rasisme memang menjadi hal yang diperhatikan sangat serius. Berbeda dengan di Indonesia yang seolah-olah dibiarkan dengan adanya rasisme.
7.Terlambat menggaji pemain, Inilah hal lain yang mungkin hanya terjadi di Indonesia, klub terlambat menggaji pemain. Bahkan ada kasus yang belum lama ini, ada pemain yang telat digaji oleh klubnya sampai dia dinyatakan meninggal.
Ada beberapa alasan Menurut Apung, berikut kutipan dari TEMPO.COJakarta ada empat masalah di PSSI itu. "Pertama, masalah transparansi keuangan," kata Apung ketika dihubungi Tempo, Senin, 20 April 2015. PSSI, kata dia, selama ini tidak mau memberikan akuntabilitas keuangan. Padahal, ucap Apung, pada 18 Februari 2015,Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan perkara nomor perkara 290/PDT.P/2014/PN.JKT.PST. Putusan itu membuat PSSI harus membuka informasi karena merupakan badan publik. Salah satunya keuangan. Dan di PSSI diduga ada ketidak transparansi dalam jual beli hak siar, dan dana APBN yang dipakai oleh PSSI. Kedua, yaitu masalah tata kelola klub di Liga Super Indonesia. Menurut Apung, PSSI sangat buruk mengelola liga terbesar di Indonesia itu. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya klub yang telat membayar gaji pegawainya. Dan itu terjadi di klub bola besar dan kecil yang berada di bawah PSSI. Ketiga, masalah pengaturan gol. Apung mengatakan, pengaturan gol ini sudah terjadi dari pertandingan LSI bahkan sampai pertandingan internasional di mana tim nasional bertanding membawa nama bangsa. "Saya punya rekamannya, dan nilai pengaturannya bisa mencapai miliaran rupiah," kata dia. Menurut Apung, jika pertandingan itu melibatkan tim besar, maka biayanya semakin mahal. Karena, dari uang pengaturan uang gol, PSSI harus membayar wasit, pemain yang ikut bermain dalam pengaturan itu. "Keempat, PSSI diisi oleh orang-orang politikus," kata dia. "Makanya, tidak pernah berkembang dan minim prestasi."


Maret 15, 2016 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

give me your response