Kamis, 17 Maret 2016

Sumbangsi Newton


Sir issac Newton 
Dalam perkembangan ilmu fisika, sejarah mencatat kehadiran seorang ilmuwan besar Inggris bernama Sir Isaac Newton. Beliau adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi dan kimia kelahiran Inggris yang memiliki pengaruh luar biasa dalam perkembangan fisika modern. Ilmuwan pertama yang mendapat gelar Sir di depan namanya dari kerajaan Inggris. Michael H. Hart dalam bukunya “100 Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah” (1978) menempatkannya di urutan nomor dua setelah Nabi Muhammad s.a.w. sebagai tokoh yang karya dan kehidupannya memiliki pengaruh besar bagi kehidupan umat manusia
Karya-karyanya Newton yang lain adalah: Method of Fluxion (1671), De Motu Corporum (1684), Philosophiae Naturalis Principia Mathematica (1687), Opticks (1704), Report as Master of the Mint (1701-1725), Arithmetica Universalis (1707), dan An Historical Account of Two Notable Corruptions of Scripture (1754).
Penemuan yang pertama adalah tentang cahaya. Dulu orang beranggapan warna putih merupakan warna tunggal atau warna murni. Tapi, lewat serangkaian percobaan seksama, Newton menemukan sekaligus membuktikan, warna putih merupakan campuran dari tujuh warna berbeda yang sama dengan warna-warna pelangi, yaitu merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu (Mejikuhibiniu). Teori ini kemudian ngetop dengan istilah Pembiasan Cahaya. Newton membuat percobaan lain yang masih ada hubungannya dengan cahaya. Kali ini ia melakukan pemantulan cahaya. Dari urusan bias-membias dan pantul-memantulkan cahaya ini, kemudian Newton berhasil membuat sebuah benda yang bernama teropong refleksi. Kelak temuannya itu digunakan oleh sebagian besar penyelidik bintang.
Newton kemudian mendalami bidang mekanika. Teorinya di kemudian hari menjadi tonggak penting ilmu fisika. Mekanika merupakan bidang kajian yang berhubungan dengan bergeraknya suatu benda. Seputar hal ini, Newton menemukan beberapa teori sekaligus. Pertama, teori suatu benda yang bergerak karena pengaruh kekuatan luar. Kedua, yang paling terkenal, teori yang menyatakan setiap benda melakukan aksi gerak pasti ada gerak tandingannya (reaksi) dengan besar yang sama tapi arahnya bertentangan. Ketiga, teori gaya berat atau gravitasi. Semua ilmu yang diwariskan Newton tadi nantinya terpakai untuk menjawab banyak peristiwa alam, mulai dari goyangan pendulum sampai gerak-gerik planet dalam orbitnya. Berkat penemuan Newton pula, para ahli bintang dapat memecahkan teka-teki alam semesta atau meramalkan gerakan bintang dan posisi planet. Di samping itu, Newton juga melahirkan teori tentang asal muasal bintang-bintang di langit seperti yang kita ketahui sekarang. Tak aneh jika kemudian ia juga dikenang sebagai astronom besar. Ia juga menciptakan berbagai teori lainnya, seperti teori penyelidikan tentang panas, teori tentang suara, dan banyak lagi. Dengan segala karya yang telah ia buat serta teka-teki alam yang sudah dia pecahkan, Isaac Newton memang sangat pantas menyandang gelar ilmuan besar. Kendati ia telah menghadap kepada Sang Maha Pencipta pada 20 Maret di Kensington, London, Inggris di usia 85 tahun, namun berbagai penemuan dan prakarsanya telah mampu merevolusi pikiran, cara hidup manusia, dan menstimulasi penemuan-penemuan lainnya hingga sekarang. Selain itu Newton juga melakukan penelitian di bidang Mekanika. “Hukum Alam” dihasilkan oleh karya Isaac Newton (1642-1727). Kontribusinya pada apa yang sekarang kita kenal sebagai Alam adalah yang terhebat yang pernah dihasilkan oleh seorang individu, namun bukan semata-mata karena hal ini saja dia menjadi tokoh utama cerita kita. Tidak seperti para ahli sains yang hidup sebelum dia, karya Newton menghasilkan pengaruh yang dramatis pada seluruh kebudayaan. Kejeniusannya tidak disambut dengan hinaan dan hukuman seperti yang ditimpakan pada Galileo atas kejujuran dan keterusterangannya; hambatan hanya timbul dari argumen konstan personal -secara berurutan- mulai dari Hooke dan kemudian Leibniz. Karyanya menciptakan suatu filsafat alam yang menyeluruh, dan memulai populerisasi sains pada masyarakat umum yang berbahasa Inggris. Dikungkungi oleh Gereja, Ratu dan Pemerintahan, masa pra-kejayaan Newton menjadi pusat di mana masyarakat kerajaan mulai menata ulang keunggulan sains dan intelektualnya.
Ia mengemukakan suatu argumen tentang sifat bawaan dari berbagai benda yang memberikan alasan untuk berbagai sifat tersebut dalam daya intrinsik khusus dari benda itu sendiri. Newton tertarik untuk menemukan aturan-aturan umum yang menentukan bagaimana berbagai benda dapat tercipta; ia tidak tertarik pada masalah yang tidak mungkin terpecahkan semacam mengapa benda-benda tercipta, karena dia yakin bahwa sangat memungkinkan untuk mengatakan ‘bagaimana’ tanpa adanya referensi dari isu ‘bagaimana’. Pada pengantar untuk Principia, dia menulis bahwa di masa lalu para filsuf bekerja untuk memberikan nama pada benda, dan bukan mencari tahu sesuatu tentang benda tersebut. Dia melanjutkan usahanya memunculkan suatu metode saintis yang bertujuan untuk meluruskan penyimpangan ini. Tentang metode ini, dia berpendapat: “prinsip yang saya kemukakan ini bukan sebagai kualitas gaib, seperti pada hasil dari bentuk spesifik benda, namun sebagai ‘Hukum Alam’ umum, di mana benda-benda tersebut terbentuk.”
Tiga hukum gerak Newton yang terpenting dikemukakannya sebagai berikut:
1.      Setiap benda tetap pada kondisi diam, atau membentuk gerak dalam lajur yang lurus, kecuali bila benda tersebut digerakkan agar berubah oleh kekuatan yang mendorongnya.
2.      Perubahan gerak proporsional dengan motif kekuatan yang mendorongnya; dan dibuat sesuai dengan arah garis lurus yang dibentuk kekuatan tersebut.
3.      untuk setiap aksi akan selalu menghasilkan aksi; atau, aksi mutual dari dua benda satu sama lain akan selalu sama, dan memiliki arah yang berlawanan.
Yang paling menarik dari pernyataan tersebut adalah hukum pertama. Biasanya, kita menjumpainya di sekolah dalam bahasa yang lebih familiar (Newton menulis aslinya dalam bahasa Latin), seperti pada ungkapan ‘benda beraksi dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan’. Dalam draft terbarunya, Newton menulis hukum pertama seperti ini: Bila suatu kuantitas bergerak, [atau digerakkan], maka dia tidak akan berhenti kecuali bila dihentikan oleh sebab eksternal, Dan kemudian: Dengan kekuatannya sendiri, suatu benda akan selalu membentuk suatu garis lurus asal tidak ada sesuatu pun yang merintanginya, Sebelum bagian akhir kalimat, diterjemahkan menjadi: Dengan alasan dayanya sendiri setiap benda mempertahankan posisi diamnya atau pergerakannya dalam suatu lajur lurus kecuali bila kemudian diubah dengan kekuatan yang mempengaruhinya. Pada kenyataannya, hukum ini berutang banyak pada Descartes, sebagai orang pertama yang menyampingkan ide bahwa pergerakan merupakan beberapa tipe proses dan dapat memaknai sifat dasar di mana sikap diam dan gerak lambat adalah sama. Pada 1644, dalam kamus Principia Philosophiae-nya yang terkenal, Newton memasukkan pendahuluan untuk hukum pertamanya: Bila [suatu benda] dalam keadaan diam kita tidak dapat meyakini bahwa benda tersebut bergerak, kecuali bila didorong oleh penyebab eksternal. Juga mengapa kita harus berpikir bahwa benda bergerak atas keinginannya sendiri, tidak jika ada alasan lain bila benda tersebut bergerak, dan tidak ada benda lain yang merintanginya.
Deduksi Newton dibedakan dengan deduksi Descartes dalam caranya melalui sejumlah eksperimen dan observasi. Guna mendukung teorinya, Newton melakukan observasi atas proyektil, dedaunan dan planet. Perbedaan pun makin melebar karena Newton memandang bahwa saat gerakan tidak sama, suatu kekuatan beraksi. Dia juga memasukkan elemen universalitas dengan menulis pada paragraf pembuka, “setiap benda’. Kita dapat melihat adanya sesuatu yang kontras bila dibandingkan dengan Principia Philosophiae-nya Descartes saat Newton menyebut hasil kerjanya Philosophiae naturalis principia mathematica.
Para ahli fisika modern menyebutnya sebagai sebuah ‘model’. Dia memperhitungkan sejumlah keadaan pada keadaan di mana ada kekuatan yang beraksi atas suatu benda namun masing-masing saling tarik menarik, dan tidak menghasilkan suatu kekuatan jaringan aksi atas benda pada suatu penghitungan dalam derajat tinggi. Hukum pertamanya merupakan suatu kreasi pikiran dalam kondisi spektakuler. Hukum itu adalah sebuah abstraksi yang menangkap elemen-elemen esensial nyata. Hukum itu juga melibatkan suatu intuisi semacam pada macam apa kekuatan beraksi, dan memberikannya status yang sama.
Saat ahli fisika Newtonian bermunculan, mereka memunculkan gagasan permukaan tanpa friksi, gas ideal, konduktor listrik sempurna, tumbukan inelastis, insulator sempurna, bidang sempurna, dan sebagainya. Tidak ada satu pun dari entitas ini yang eksis di dunia, namun suatu hukum yang paling berguna diformulasikan dalam kondisi bagaimana jadinya sifat ‘ideal’ objek bila membatasi keadaan dari suatu rangkaian paralel pada penghitungan situasi yang semakin mendekati bentuk ideal. Kemudian, kita menggunakan fungsi prinsip kontinuitas yang disebut bertentangan dengan hukum gerak Descartes, guna menghadirkan aspek-aspek hukum fisik yang lebih general. Objek ideal dipandang sebagai batas dari suatu rangkaian yang dapat teramati, daripada sebagai sebuah cetak biru. Pendekatan ini menjaga ide fisik dan filosofis yang dibuat Descartes.
Newton khususnya tertarik pada bagaimana penciptaan benda-benda di alam, dengan tidak secara filosofis. Mengapa benda-benda tersebut diciptakan atau untuk tujuan apa mereka hadir bukanlah apa yang ingin dia ketahui. Walau begitu, dia tidak memandang bahwa berbagai isu semacam itu sebagai sesuatu yang tidak bermakna atau tidak relevan; bagaimanapun, dia melewatkan sebagian besar waktunya untuk memenuhi keingintahuan metafisik dan teologisnya1. Newton memandang berbagai masalah tersebut sebagai pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak diperoleh melalui observasi yang teliti dan interogasi eksperimental terhadap alam. Berdasarkan berbagai tulisan alkemis dan religius yang dibuatnya, yang beberapa diantaranya benar-benar mengkaji berbagai hal tersebut secara ilmiah, jelas sekali bahwa dia percaya bahwa beberapa pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan metode lain. Saat perjalanan kita mengarungi sejarah tiba di masa sekarang, kita akan menemukan bahwa beragam teori dan ide tentang semesta dan kehidupan di masa sekarang ini sama kisruhnya dengan masa lalu. Saat kita mulai mempelajari sudah sejauh mana para pemikir dan ahli di jaman sekarang mengkaji tentang semesta dan seisinya, saya sangat yakin, bahwa banyak di antara anda yang akan merasa terkejut dan kagum saat melihat bagaimana kita telah mempelajari rahasianya dan kemudian betapa sedikitnya hal yang telah kita ketahui. Newton dianggap telah mempersempit tujuan dari para filusuf alami, tetapi dia melakukannya untuk sesuatu yang berarti, dimana ia untuk pertama kalinya dapat membatasi perhatian mereka ke dunia masalah yang dapat terpecahkan. Dengan mempersempit tujuannya, dia dapat membuat pengakuan luar biasa dimana yang ia istilahkan spekulasi yang tak pasti yang sangat dicintai oleh pendahulunya “hipotesis”, tidak diperlukan dalam kegiatannya. Ada bukti yang menggelikan mengenai cara mendapatkan ‘Hukum Alam’, atau teori ilmiah, yaitu dengan mengalaminya sendiri: penyelidikan percobaan. Metode ilmiah ini masih kita gunakan sampai saat ini. Terlihat jelas suatu cara yang dilakukan dimana sulit membayangkan orang lain dapat memikirkannya secara berbeda – tetapi kita bisa.
Semenjak itu, pernyataan umum filosofis tidak lagi menerima status ‘Hukum Alam’. Hanya pernyataan yang telah melewati pemeriksaan percobaan dengan sejumlah fakta pengalaman, akan menerima penghargaan. Newton menyelesaikan pemisahan antara arti dan metode dari ilmu.
Perbedaan antara ilmu Newtonian dan ‘hipotesis’ digambarkan secara jelas dengan penemuan kedua Newton yang hebat: fungsi dari matematik. Ini adalah metode dimana kemungkinan baru akan dikembangkan untuk dites melalui percobaan. Fisika Newtonian adalah fisika matematika. Pada semua penyelidikannya, Newton terlihat menggambarkan ‘Hukum Alam’ dengan istilah matematika, sehingga mereka tidak akan tidak jelas.
Diantara banyak prestasi Newton, ada satu yang masih dalam tinjauan, yang merupakan penemuan terbesar untuk pemikiran di masa depan tentang ‘Hukum Alam’ ialah ‘Hukum Gravitasi’.
Pada penemuan ini, Newton menggunakan dengan baik penemuan penting sebelumnya tentang pergerakan angkasa yang dibuat oleh Kepler dan yang lainnya. Newton menyadari hukum semacam ini pada pertengahan 1660. Pada masa kreatif ini, ia menulis hampir satu abad kemudian bahwa, “Saya menarik kesimpulan bahwa kekuatan yang menjaga planet-planet pada orbitnya pasti [harus] berbanding terbalik [sama] dengan luas dari jarak mereka dengan pusat dimana mereka berevolusi”. Akan tetapi, versi tertulis pertama dari hukum gravitasi Newton yang ditemukan, dimuat di sebuah naskah tanpa judul dan tidak dipublikasikan yang sekarang diberi judul On Circular Motion yang mungkin ditulis pada tahun 1665 masehi. Naskah inilah yang disebutkan Newton dalam korespondensinya dengan Halley atas perhatiannya terhadap Hooke, dengan menghormati penemuan hukum luas-terbalik. Di sini, Newton yang berusia 23 tahun menarik kesimpulan ‘Hukum Luas-Terbalik’ dari ‘hukum’ ketiga Kepler tentang pergerakan planet. Newton juga menggunakan definisi dari kekuatan sentripetal yang diperlukan untuk menjaga gerakan berputar” dan menyimpulkan bahwa, “Karena di planet utama berpangkat tiga dari jarak mereka dari Matahari berbanding terbalik dengan luas dari jumlah revolusi pada waktu yang ditentukan (hukum ketiga Kepler): usaha yang berkurang dari Matahari akan berbanding terbalik dengan luas dari jarak dengan Matahari”.
Dengan memperkenalkan elemen kesatuan nilai ini dalam sebuah formula matematika, Newton mengambil langkah maju yang dramatis. Dia mengklaim bahwa semua tubuh, baik mereka di angkasa atau di luar angkasa adalah subjek yang sama dari ‘Hukum Alam’. Mereka semua merasakan kekuatan intrinsik yang sama dari gaya gravitasi tanpa peduli massa atau golongannya.
Dengan menyatukan semua efek dari gravitasi, Newton bertanggungjawab dalam mengidentifikasi ‘G’ sebagai ‘Kesatuan Nilai Alam’ di semua ‘Hukum Alam’. Kesatuan nilai ini masih dapat dipercaya sampai saat ini. Walaupu teori Newton tentang gaya gravitasi telah tersirat dalam teori Einstein tentang relativitas umum pada tahun 1915, teori baru ini masih memakai ‘kesatuan nilai’ G Newton pada kapasitas yang sama.
Pengenalan Newton tentang kesatuan nilai universal gravitasi mengangkat poin penting lainnya. Ketergantungan yang sebanding terhadap massa dan pemisahan adalah hubungan yang ditentukan secara teori yang berdasarkan prinsip dasar yang lebih banyak lagi, tetapi nilai dari sebuah keseimbangan kesatuan nilai hanya bisa didapat melalui penelitian. Pemisahan ‘Hukum Alam’ menjadi ketergantungan fungsional antara jumlah (di antara gaya, massa, dan jarak) dan kesatuan nilai universal yang proporsional, adalah ciri-ciri berkelanjutan ilmu pengetahuan dimana kita akan kembali lagi.
Dikatakan cukup bahwa tujuan dari para ahli fisika adalah untuk mengurangi jumlah ‘Kesatuan Nilai’ sampai titik minimum, dimana nilai harus ditentukan melalui penelitian yang sistematis dengan teori mereka. Dorongan ekonomi ini mencari dengan menunjukan apa yang kita pikirkan sebelumnya sebagai ‘Kesatuan Nilai Alam’ yang mandiri, ternyata berhubungan satu sama lain, atau ke jumlah mendasar yang bermacam-macam. Bagi para leluhur, dunia adalah organisme hidup, tetapi bagi Newton dan pengikutnya itu adalah suatu kesatuan mekanis – seperti hiasan dari sebuqah jam raksasa. Pekerjaannya murni, tepat, mekanis, dan matematis. Sekali dibuat untuk bergerak oleh yang Membuat, mereka terus bekerja mengikuti jalan pemikiran sendiri yang tak bisa ditawar.
Gambaran universal Newton yang pertama tentang fenomena alami digembar-gemborkan oleh pendukung prinsipnya yang telah menyingkap hukum pokok alam. Pendekatan Newton pada penyelidikan Alam membawa kemajuan tunggal pada pengetahuan manusia akan cara kerja Alam semesta yang telah dipengaruhi oleh satu orang. Tetapi publikasi dari Philosophiae naturalis principia mathematica yang monunmental pada tahun 1687 dan Optiks (dalam bahasa Inggris) pada tahun 1704, telah membuat lebih dari sebuah revolusi pada pemikiran sientifik. Itu mengubah pemikiran yang non – ilmuwan sekalipun
Maret 17, 2016 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

give me your response