Minggu, 23 Juni 2019

Book review #7: Goodbye, things (Hidup Minimalis Ala Orang Jepang) | Fumio Sasaki



Judul : Goodbye, things (hidup minimalis ala orang Jepang)
Penulis : Fumio Sasaki
Tahun : 2019
Penerbit : Gramedia
Halaman : 235

Buku ini menyuguhkan gambar pembuka berupa potret before-after ala minimalis yang dialami oleh penulis ataupun dari beberapa sumber. Makna minimalis baru kuketahui setelah membaca buku ini. Karena dulu yang aku kenal adalah model rumah atau BTN yang berupa minimalis atau brand fashion.

Penulis memberikan penjelasan tentang pandanganya tentang minimalis, alasan kenapa memilih hidup minimalis, langkahnya untuk berpisah dengan barang, perubahan hidupnya yang dirasakan setelah menjalani hidup minimalis.

Penulis merasakan keresahan, terhadap kehidupan yang telah dialami, seperti iri dengan kehidupan orang lain, merasa tidak maksimal dalam bekerja, merasa tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki sehingga membawa nya untuk merasa kurang bahagia


Penulis merubah pola hidupnya yang berantakan setelah hidup minimalis. Kehidupan awal penulis seperti mengoleksi CD, DVD, Buku, kamera, barang antik yang membuat apartemennya penuh sehingga penulis akan kesulitan untuk membersihkan karena terlalu banyak barang yang dimilikinya. It brings him to less focusing to do something. Buku ini juga memaparkan bagaimana ia bisa perlahan menjadi produktif akibat hidup minimalis dengan bergenti membandingkan dirinya dengan orang lain, bersyukur karena menganggap bahwa bahagia itu adalah bersyukur,

Disisi lain aku mulai mengingat dosen saya pernah memberikan ceritanya tentang dosennya yang hanya memiliki 2 baju saat ke kampus persis dengan kisah Steve Jobs yang hanya pakai baju hitam dan celana jens, seorang kakak tingkatku yang setiap hari hanya menggunakan baju kemeja putih dan celana hitam. Aku tidak tau alasannya apa but they try to out of the box, they are unique.

 Penulis banyak mengambil tentang kehidupan Steve Jobs yang punya seragam pribadi merupakan bagian dari minimalis sehingga bisa melahirkan Apple yang juga prinsipnya berupa minimalis yang hanya memiliki satu tombol. Beberapa hari yang lalu saya sempat membuka video saat Steve Jobs memperkenalkan iPhone tahun 2007 dengan satu tombol kendali, zaman itu HP memiliki tombol qwerty. That was so amazing.

Selain Steve Jobs penulis juga menyebutkan beberapa tokoh seperti CEO Facebook yang dikenal dengan baju abu-abu, Leonal Messi yang tidak berlari dengan jarak jauh tapi jarak yang pendek tapi berulang-ulang.

Overall, buku ini berupa point-point penting setiap bab nya yang dijelaskan hampir satu halaman. Minimalis juga bukan tentang seberapa banyak barang yang kita miliki tapi seberapa berfungsinya barang itu terhadap kehidupan kita, intinya adalah tidak usah menyediakan 2 buah barang dengan fungsi yang sama agar dapat meminimalisir apa yang harus kita pikirkan, karena semakin sedikit barang yang kita miliki semakin sedikit pula barang yang akan kita beri perhatian. Mungkin di Jepang salah satu yang membuat orang memilih hidup minimalis adalah karena bencana alam seperti gempa atau tsunami yang sering terjadi sehingga membuat orang berpikir lebih praktis.

Menurut ku penulis memang benar bahwa minimalis itu bukan tujuan akhir tapi sebuah metode untuk fokus terhadap sesuatu yang kita akan gapai. Dan jangan takut untuk berpisah dengan barang karena yang kita buang adalah barangnya bukan kenangannya, hal ini didukung oleh kemajuan teknologi yang bisa menyimpan dokumen di Dropbox, google Drive dll sehingga membuat Penulis untuk menjadi minimalis yang cukup ekstrim

Sekarang di kamar saya punya lemari yang bisa berfungsi sebagai meja. Setelah 2 tahun saya menempati kamarku saya baru terpikir setelah melihat gambar di buku ini. Bahwa lemari dinding ini bisa sekaligus menjadi meja kerja.


Juni 23, 2019 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

give me your response