Minggu, 10 Mei 2020

Book Review #18: The Architecture of Love by Ika Natassa



Judul : The Architecture of Love
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia
Tahun : 2016 (cetakan kedua)
Halaman: 301

Writting is one of the loneliest profession in the world

People say that you will never know the value of a moment until it becomes a memory

"Kata orang disaat yang tidak kita duga-duga, terkadang muncul seseorang dalam hidup kita lewat pertemuan acak, mungkin di jalan di acara, di restoran, stasiun, kereta, dan entah bagaimana, orang ini lantas menjadi orang yang kita rasakan paling dekat, paling membuat kita nyaman, lebih dari orang-orang yang selama ini kita kenal lebih lama dan lebih dalam"

Dari sekian halaman buku ini mungkin kalimat tersebut menjadi benang merah pertemuan Raia Risjad dan River Jusuf. 

Raia Risjad adalah seorang penulis buku best seller yang tiba-tiba tidak bisa menulis satu kata pun setelah perceraiannya dengan Alam. Alam adalah cinta pertamanya sejak SMA saat umur nya 16 tahun dan kemudian menikah lalu Alam meninggalkannya setelah beberapa tahun pernikahan dengan sebuah alasan bahwa Raia menjual kisahnya pada novel yang Raia Tulis. 

River Jusuf adalah seorang arsitek yang menikah dengan Andara seorang Dokter gigi. Pernikahannya hidup bahagia hingga kecelakaan mobil saat keduanya berangkat ke Bandung, tepat saat tenggorokan river gatal lalu kemudian dengan spontan istrinya membuka seatbel untuk mengambilkannya air di kursi belakang saat itu juga sebuah truk menyambar mobilnya. Andra terlempar keluar dan meninggal di tempat sementara River selamat hingga ia memaki dirinya sendiri jika dialah yang membunuh istrinya

Setiap orang punya alasan untuk ke New York. Raia untuk mencari inspirasi menulis lagi setelah muse-nya(Alam) menghilang  sedangkan River juga memiliki tujuan untuk menenangkan diri setelah kejadian itu. 

Adik River (Aga) dan sahabat Raia (Erin) ternyata adalah sahabat karib mereka berdua masing-masing menjadi tuan rumah keduanya saat di Manhattan. Hingga Raia dan River kebetulan bertemu pada suatu malam dan kemudian pertemuannya berlanjut setiap hari mengelilingi sudut New York. River dengan buku sketsanya memperkenalkan Setiap bangunan punya cerita sehingga mana mungkin penulis sepertimu bisa kehilangan kata-kata untuk menulis. Katanya disela pertemuanya.

Buku ini seperti membawaku masuk dalam cerita bahwa di suatu kota memang tidak jarang kita menemukan seseorang dengan cepat bisa membuat kita nyaman bercerita. Cerita ini tidak terlalu berat mengalir seperti sungai (River). Di sisi lain kedua karakter utama tokoh utama memiliki sahabat dekat untuk membuatnya bercerita dan berceloteh sesuka hati. 

Ini kali kedua saya membaca buku ini rasanya ada perbeaan rasa saat saya membaca ulang mungkin karena ada rasa yang sama yang rasa yang saya rasakan wkwkwk (kok curhat). Tapi beberapa kali di part buku ini yang membuat air mata saya muncul, entah kenapa rasanya rekate aja, tiba-tiba sekian banyak deretan memory kembali terpanggil saat membaca baris demi baris. 

Diakhir cerita buku ini menampilkan Ale-Anya dan Harris- Keara. Well, nggak salah kalau kemarin Ika Natassa bertanya di Twitter ketiga tokoh perempuan nya itu yang paling relate denganku memang Raia. 

Buku ini adalah hadiah ulang tahun yang kuberikan untukku sendiri diumur 22 tahun, lucu ya captionnya yang bahkan saya saja gagal paham maksudnya apa. 


Mei 10, 2020 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

give me your response